Minggu, 16 Juni 2013
White Spot Syndrome (WSS) pada Udang
Penyakit WSS adalah penyakit yang menyerang pada udang. Penyakit ini disebabkan oleh virus spesies White Spot Syndrome Virus, famili Nimaviridae. Tingkat kematian akibat infeksi virus ini mencapai 100 % dalam waktu 3-19 hari post infeksi. Penyakit ini dikenal dengan nama penyakit bintik putih pada udang. Virus ini bereplikasi di nukleus, berbentuk ellipsoid sampai basil, beramplop dengan ukuran 270-120 nm, memiliki ekor di salah satu kutub partikel virus. Nukleokapsid silindris berukuran 300×65 nm.
Stabilitas virus, agen inaktivasi pada suhu <120 menit pada suhu 500C, dan < 1menit pada suhu 600C. Stabil selama 30 hari pada suhu 300C, pada kondisi air laut dan stabil selama 3-4 hari pada kolam. Faktor predisposisi, rendahnya kadar oksigen dan temperature air, serta pengelolaan pakan yang jelek (Anonim, 2007).
~ Penularan penyakit terjadi hanya melalui perantara karier (pembawa bibit penyakit) berupa udang jambret (Mesopodopsis sp.), udang liar, kepiting, rajungan dan benih udang windu yang ditebar sudah terkontaminasi di pembenihan. Bangkai udang terinfeksi yang dimakan oleh udang sehat dapat mengakibatkan terjadinya penularan virus. Infeksi terutama terjadi pada saat stadium pramolting, sehingga menimbulkan pola bercak pada saat pasca molting karena kerusakan sel ektodermal yang mengakibatkan proses deposisi kalsium menjadi abnormal pada kutikula, kemudian terbentuk lesi putih karena transfer eksudat dari sel epitel ke kutikula melalui kanal pori-pori kutikuler.
~ Organ target dari WSSV pada udang penaeid/ windu adalah jaringan ektodermal (epidermis kutikuler, saluran pencernaan depan dan belakang, insang dan jaringan saraf) dan mesodermal (organ limfoid, glandula antenna, jaringan ikat dan jaringan hematopoietik). Pada infeksi awal, organ yang terkena adalah lambung, insang, kutikula epidermis, dan jaringan ikat hepatopankreas. Pada stadium lanjut, terjadi pelepasan partikel virus dari lesi ke hemolimfe menyebabkan viremia. Infeksi berat terjadi pada organ limfoid, glandula antenna, jaringan otot, jaringan hematopoietik, jantung, lambung, dan saluran pencernaan belakang.
~ Gejala klinis pada fase akut muncul bintik-bintik putih berdiameter 0,5-2 mm pada lapisan dalam eksoskeleton dan epidermis. Gejala lainnya adalah lethargi, tidak mau makan, lemah, berenang ke permukaan dan terjadi diskolorasi kemerahan pada tubuh.
~ Secara patologi klinis terjadi penurunan total hemocyte count (THC) menjadi sekitar 10% dari normal setelah 12-36 jam infeksi (normal: 20,9 + 0,7 x 106 sel/ml). Penurunan ini disebabkan oleh apoptosis hemosit dan jaringan hematopoietik. Apoptosis diinduksi oleh virus untuk membantu penyebaran virus ke sel di sekitarnya. Secara histopatologis ditemukannya inclusion body pada sel, berupa pembengkakan inti sel yang bersifat eosinofilik (berwarna kemerahan) dan inti sel bergerak ke pinggir.
~ Untuk penanganan terhadap penyakit secara langsung hingga saat in tidak ada obat untuk menangani infeksi WSSV karena sistem imun udang yang tidak terorganisir. Namun pencegahan dapat dilakukan dengan menurunkan tingkat stress dan menghindari terbentuknya luka pada kutikula. Selain itu juga dilakukan dengan menurunkan suhu air dalam kolam, karena sintesis protein virus dipengaruhi oleh suhu (Rameshthangam et al., 2011), mengatur kualitas air, pengendalian vektor dan karier, serta klorinasi air 30 ppm .
http://justhanung.wordpress.com/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar