Beberapa persyaratan untuk mendapatkan induk yang baik :
Ukuran induk betina diatas 40 gr dan jantan diatas 50 gr, Kantung
pengeraman penuh telur yang sudah berwarna abu‐abu, Organ tubuh lengkap /
tidak cacat, Kulit bersih / bebas dari kotoran maupun organisme yang
bersifat patogen, Umur induk antara 8‐20 bulan, Memilih induk yang sudah
matang telur untuk yang kedua kali dan seterusnya, belum dipijahkan
lebih dari 7 kali, Berasal dari udang yang pertumbuhannya cepat
Dalam pengamatan produksi di lapangan, hasil kegiatan pemijahan
biasanya dapat dievaluasi setelah 21 hari, dari mulai induk disatukan
dalam wadah pemijahan. Seleksi induk matang telur dilakukan dengan
mengeringkan kolam pemijahan, kegiatan ini sebaiknya dilakukan pada pagi
hari. Pagi hari sebaiknya kolam sudah kering dan induk tertampung semua
dalam kobakan, pada kondisi ini air sebaiknya terus mengalir. Oleh
karena itu sistem kemiringan kolam, kemalir dan kobakan harus diterapkan
dengan baik, sehingga induk terjaga dari kematian. Induk‐induk dipanen
secara hati‐hati dan dikumpulkan di hapa atau bak penampungan yang sudah
disiapkan sebelumnya dan dilengkapi dengan sistem air mengalir. Setelah
kondisi induk disegarkan beberapa saat, maka proses seleksi/pemilihan
induk matang telur dapat segera dilakukan.
Berdasarkan pengamatan dilapangan tingkat kematangan telur induk
dapat bervariasi dari mulai oranye, kuning hingga colat keabu‐abuan.
Induk yang siap ditetaskan adalah yang berwarna coklat keabu‐abuan,
induk ini secara hati‐hati harus segera dipindahkan ke bak penetasan
yang telah disiapkan sebelumnya (air yang digunakan untuk penetasan
mengandung kadar garam kurang lebih 5 ppt). Untuk induk‐induk dengan
warna telur, oranye dan kuning dipisahkan pada kolam atau bak Khusus
untuk dimatangkan lebih lanjut. Sedangkan induk jantan dapat dipelihara
kembali di kolam pemulihan/pemeliharaan induk dan dipisah dari induk
betina.
Dalam pengelolaan suatu unit usaha pembenihan udang galah, jumlah
induk yang dikelola sangat menentukan bagi keberhasilan suatu
perencanaan produksi. Setelah target produksi juvenil (post larva)
ditetapkan sesuai dengan beberapa pertimbangan ekonomis, maka mulailah
dilakukan perhitungan secara mundur berapa jumlah induk yang harus
dikelola, agar target produksi tersebut dapat dicapai.
Terkait dengan Induk dan pengelolaanya maka beberapa hal yang perlu
dicatat dan diperhatikan dalam perencanaan produksi antara lain sebagai
berikut:
- Jumlah telur yang dihasilkan oleh betina (fecundity ). Sangat terkait dengan ukuran induk yang digunakan, dan tingkat pemeliharaan yang dilakukan terkait pengelolaan air dan pakan yang diberikan,
- Data hubungan antara bobot induk matang telur terkait dengan jumlah larva/naupli yang dihasilkan. Data ini mencerminkan kualitas telur yang dihasilkan,
- Data jumlah prosentase jumlah induk yang bertelur dan matang telur dihubungkan jumlah betina seluruhnya,
- Jumlah jantan dan betina yang digunakan perbandingannya sesuai.
Perbandingan jantan dan betina dalam kegiatan pemijahan tergantung
dari tujuannya. Perbandingan jantan : betina (1:3) adalah sangat umum
dilakukan untuk suatu kegiatan produksi benih sebar untuk keperluan
pembesaran. Adapun untuk tujuan perbanyakan induk ‐ induk alam umumnya
dilakukan dengan perbandingan (1:1).
PEMIJAHAN DAN PEMELIHARAAN INDUK
- A. Pemijahan
Pada prinsipnya teknik pemijahan yang banyak diterapkan dalam
pembenihan udang galah adalah bersifat alamiah seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya. Walaupun proses perkawinan dipengaruhi proses
moulting, yang mana terkait dengan kelenjar hormon yang ada pada tangkai
mata, namun dalam proses pemijahan, tidak lazim dilakukan pemotongan
tangkai mata (ablasi) untuk merangsang terjadinya proses tersebut.
Sebelum terjadi pemijahan udang betina terlebih dahulu berganti kulit
(premating moult). Pada kondisi ini udang lemah, setelah pulih kembali
terjadilah pemijahan. Pemijahan dapat dilakukan di kolam tanah,
akuarium, bak beton atau fibreglass dengan padat tebar 4 ekor/m2.
Perbandingan induk jantan dan betina 1 : 3. Selama proses pemijahan
induk diberi pakan pelet dengan kandungan protein 30% sebanyak 5% per
hari dari berat biomass dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari,
lama pemijahan 21 hari. Dalam usaha budidaya, benih merupakan faktor
penentu dan mutlak harus disediakan. Untuk memenuhi pangsa pasar di luar
maupun dalam negeri, diperlukan kesinambungan produksi dan ketersediaan
suplai benih yang memenuhi syarat baik kuantitas maupun kualitas. Benih
udang galah dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu mengumpulkan benih
di alam dan juga dengan cara memproduksi benih di balai‐balai
pembenihan.
- B. Pemeliharaan Induk
Induk dipelihara di kolam dengan kepadatan 4 ekor/m2, diberi pakan
berupa pelet dengan kandungan protein 30% sebanyak 5% dari berat tubuh.
Pada pemeliharaan induk ini, induk jantan dan betina sebaiknya
dipelihara secara terpisah, baik di kolam maupun di bak beton dilengkapi
dengan pintu pemasukan dan pengeluaran dengan kedalaman 80‐100 cm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar