Udang sebagai mahluk hidup didalam kehidupannya membutuhkan bahan
makanan sebagai sumber energi dan gizi yang diperlukan dalam melakukan
aktifitasnya yang mencakup pertumbuhan dan perkembangan serta reproduksi yang
dilakukannya. Pada habitat alaminya yaitu perairan bebas sumber makanan yang
diperlukan udang telah tersedia dengan sendirinya pada kondisi terkait dengan
pola rantai makanan yang ada di perairan tersebut. Ketersediaan pakan di
perairan bebas memungkinkan udang untuk memilih dan mencari sumber makanan yang
dibutuhkannya tanpa terbatas ruang dan waktu, sedangkan udang yang
dibudidayakan dalam suatu petakan tambak relatif tidak mempunyai alternatif
lain dalam memilih dan mencari sumber makanan karena ruang gerak dan habitatnya
dibatasi oleh petakan tambak. Situasi ini mengarahkan udang dalam suatu kondisi
ketergantungan pakan yang di suplai dari luar lingkungannya, karena
ketersediaan pakan alami yang ada di dalam perairan tersebut semakin menipis
dengan bertambahnya ukuran udang dan bahkan pada waktu tertentu akan
mengakibatkan habisnya pakan alami tersebut.
Pada budidaya udang dengan pola intensive, ketergantungan udang terhadap adanya suplai pakan dari luar lingkungannya akan semakin tinggi karena dengan padat penebaran yang relatif tinggi ketersediaan pakan alami di dalam perairan tambak akan semakin cepat habis dan dalam kondisi seperti ini akan meningkatkan terjadinya proses kanibalisme udang di dalam tambak. Kegiatan pemberian pakan udang di dalam tambak dengan pola intensive sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya. Kegiatan ini secara mendasar harus mengacu pada sifat dan behaviour udang dalam kaitannya dengan feeding habits dan foods habits dari udang itu sendiri agar pemberian pakan yang dilakukan merupakan kegiatan yang terukur dan tepat sasaran baik dari segi waktu dan tingkat kebutuhan udangnya.
Feeding habits dapat diartikan sebagai kebiasaan pola makan dari udang yang mencakup cara, waktu, area, dan tingkat kebutuhan pakan berdasarkan kebiasaan alaminya, yang selanjutnya akan akan diuraikan seperti di bawah ini, yaitu :
1. Cara.
Udang dalam aktifitasnya mencari makanan lebih mengandalkan rangsang bau dibandingkan dengan penglihatannya, karena sebagai biota yang hidup di dasar perairan dengan tingkat intensitas matahari yang relatif rendah indera penciuman akan lebih berfungsi dibandingkan dengan penglihatannya. Udang biasanya tertarik dengan sumber makanan yang berbau relatif amis dan menyengat yang teridentifikasi melalui indera penciumannya dan antena/sungut yang berfungsi sebagai peraba.
2. Waktu.
Seperti telah diuraikan dalam pembahasan sebelumnya bahwa udang adalah biota yang bersifat nocturnal dan phototaksis negatif yang berarti udang lebih cenderung aktif makan pada malam hari dibandingkan pada siang hari.
3. Area.
Berdasarkan area/habitatnya udang merupakan biota yang bersifat demersal dan cenderung benthic yaitu hidup dan aktif di dasar perairan. Sifat inilah yang mengkondisikan udang mencari sumber makanannya juga di dasar perairan.
4. Tingkat Kebutuhan.
Udang di dalam siklus hidupnya memiliki tingkat kebutuhan pakan yang bersifat fluktuatif terutama dalam hal yang menyangkut umur, jenis makanan dan nafsu makannya. Udang pada usia tebar (benur) cenderung tergantung pada pakan alami yang berupa zooplankthon dan organisme renik lainnya yang tersedia di dalam perairan. Pada udang yang sedang yang mengalami proses moulting nafsu makannya cenderung turun drastis, tapi sebaliknya setelah proses moulting selesai nafsu makan udang akan meningkat kembali dan cenderung rakus.
Food habits dapat diartikan sebagai kebiasaan makan udang ditinjau dari segi jenis makanan yang biasa dikonsumsi udang. Di dalam habitat alaminya udang adalah suatu biota perairan yang bersifat omnivora tapi lebih dominan ke arah carnivora. Sifat ini menempatkan udang sebagai biota perairan yang memakan segala macam sumber makanan yang ada di perairan tersebut, tetapi mempunyai kecenderungan sebagai pemakan hewan. Salah satu sifat mendasar yang dimiliki oleh udang adalah sifat kanibalisme yaitu memangsa udang lainnya yang sedang dalam kondisi lemah dan sebagai pemakan bangkai dari biota perairan lainnya. Di dalam perairan tambak udang mempunyai kecenderungan memilih pakan yang bersifat alami dibandingkan dengan pakan buatan, selama di dalam perairan tersebut ketersediaan pakan alami bagi udang masih mencukupi.
Secara fisiologis parameter yang erat hubungannya dengan feeding habit dan food habit adalah organ pencernaan udang yang memiliki karakteristik dibandingkan dengan organisme lainnya, karena melalui organ ini dapat dipantau kondisi dan kualitas udang berdasarkan nafsu makannya. Organ pencernaan udang secara garis besar terbagi atas dua bagian besar yaitu :
1. Usus yang terletak di bagian punggung bagian atas dan sangat jelas terlihat lewat pengamatan visual. Melalui usus udang dapat diidentifikasi nafsu makan, tingkat konsumsi pakan, jenis pakan dari udang yang diamati
2. Hepathopanchreas yang dapat diidentikkan dengan lambung udang. Organ ini merupakan pusat dari pencernaan udang dan terletak di bagian kepala dan pada kondisi normal berbentuk segitiga serta berwarna kecoklatan. Melalui pengamatan visual dari hepathopanchreas dapat diidentifikasi kondisi dan kualitas udang yang terkait dengan nafsu makannya. Pada kasus-kasus tertentu organ ini dapat pula untuk mengidentifikasi tingkat keparahan suatu permasalahan yang menjangkiti udang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar