Social Icons

Pages

Minggu, 16 Juni 2013

Metode Pembenihan Udang Galah



                     Dalam melakukan pembenihahan, anda dapat memilih dengan menggunakan salah satu metode berikut. Terdapat beberapa metode pembenihan udang galah,namun yang akan diuraikan disi adalah metode Ling dan metode Balai Balai Benih Udang (BBUG) yang relatif sudah dikenal secara umum dan biayanya murah.
Dalam satu unit tempat pembenihan udang galah (hatchery):
1. kolam untuk pemeliharaan induk,
2. bak penetasan,
3. bak pemeliharaan lava,
4. bak penampung udang muda (juvenille),
5. bak filter,
6. saringan,
7. wadah-wadah kecil seperti ember, baskom, pipa plastik, batu akuarium.
Kolam induk adalah kolam biasa yang berukuran 1000 m² dengan kedalaman 1-1,5 m, dalam kolam ini dapat dipelihara 100ekor induk udang. Air yang digunakan adalah air tawar. Induk yang dipelihara disini diberi makanan tambahan seperti cacahan daging ikan, siput, dengan dosis 5% dari berat badan. Ada dua metode pembenihan yang dapat anda lakuakn diantaranya :
A. Metode Ling
a. Sediakan bak semen berukuran panjang 2-3 m, lebar0,5-0,7 m dan tinggi 0,25m. Dasar bak dibuat miring ke arah pipa pembuangan air. Pada ujung sebelahdalam dari pipa ini terdapat kotakan kecil sebagai tempat panen.
b. Air yang digunakan harus disaring terlebih dahulu. Kalau menggunakan air ledeng harus dibiarkan dahulu selama tiga malam. Demikian pula dengan air laut yang akan dicampur harus disaring lebih dahulu. Dalanya air bak berkisar antara 16-20 cm.
c. PH berkisar antara 7-8 dan kadar garamnya antara 12-14 ppm.
d. Selama pembenihan air dalam bak harus terus menerus diaerasi dengan menggunakan pompa air akuarium atau kompresor. Ini tergantung kepada besarnya bak dan kebutuhan. Kemudian agar aerasi berjalan baik digunakan batu akuarium.
e. Bak penetasan telur larva dipisahkan. Induk yang siap menetaskan telurnya ditampung terpisah. Untuk keperluan ini diperlukan sebuah akuarium bervolume 601 yang dapat menampung seekor induk. Telur yang akan menetas berwarna keabu-abuan. Jika indikasi itu terlihat, induk harus segera ditempatkan di bak penetasan.
f. Setelah telur menetas, larva dipindahkan ke dalam bak pemeliharaan larva dengan cara sebagai berikut: bak penetasan ditutup dengan kain hitam, kemudian di salahsatu ujungnya dibiarkan terbuka. Dengan cara ii, larva yang mempunyai sifat tertarik akan cahaya akan berkumpul di bagian terbuka. Kemudian dengan menggunakan cawan, larva itu diambil. Jika ada larva yang tertinggal dapat diambil dengan jala shipon.
g. Selanjutnya larva tersebut dipindahkan ke dalam bak perawatan yang telah disiapkan sebelumnya. Bak ini berisi air sekitar 2/3nya dan mempunyai kandungan garam (salinitas) yang sama dengan air di bak penetasan yaitu sekitar 12-14 ppm.
h. Larva yang abru menetas masih mengandung kuning telur (eggyolk) sehingga belum perlu diberi pakan. Namun, setelah berumur 2-3 hari ketika kuning telur itu habis, pakan segera diberikan. Pakannya adalah berupa makanan hidup berupa makanan hidup yaitu nauplius dari artemia. Makanan hidup ini dijual dalam bentuk telur beku yang akan menetas dalam air yang mempunyai kandungan garam (salinitas) 30-40%.
i. Disamping pakan hidup dapat pula diberikan pakan tambahan lainnya. Namun syaratnya pakan tambahan :
 Harus bersih dan segar. Besar butirannya harus lolos dari saringan bermata jala 25 per cmbagi larva yang berumur 2-4 hari, 20 mata jala per cm bagi larva 5-10 hari, 12 mata jala per cm bagi yang berumur 11-20 hari, dan 17 mata jala per cm bagi larva yang berumur > 20 hari.
 Makanan tersebut diberikan 3 kali per hari pada waktu siang hari 5 hari pertama. 4 kali per hari pada siang hari selama 10 hari berikutnya, dan 4 kali pada siang hari ditambah satu kali pada malam dan hari-hari selanjutnya.
j. pemberian pakan sebaiknya dilakukan dengan mengumpulkan larva udang galah dahulu. Caranya dengan menutup bak pemeliharaan, kemudian membiarkan sebagian ujungnya terbuka. Dengan melihat cahaya matahari larva akan berkumpul, baru kemudian diberikan pakan. Pakan diberikan dengan menggunakan alat pipet obat secara perlahan – lahan. Usahakan pakan agar melayang-layang, halitu dapat dilakukan dengan aerasi.
k. Dalam bak pemeliharaan harus diusahakan kandungan garamnya (salinitas) tetap, tidak boleh ada penurunan. Kecuali itu larva udang galah sangat sensitif dengan bau nikotin, karena itu jangan merokok dekat bak pemeliharaan.
l. Makanan harus senantiasa terjaga. Hal itu untuk mencegah kanibalisme diantara mereka.
m. Larva udang galah yang telah mencapai stadia akhir,(juvenille) dicirikan dengan perilaku yang melompat-lompat dan menempel pada dinding bak. Untuk mencegahnya bak ditutup dengan kain bolong atau daun kelapa (Ling, 1960).
2. Metode Balai Benih Udang Galah (BBUG)
a. Siapkan air algae (green water) dalam bak khusus. Air algae dibuat dengan air payau (air yang berkadar garam/salinitas 10-15 ppm) ditambah dengan 100 gram kotoran ayam, 100 gram urea, dan 10 gram TSP per m³ air, kemudian dibiarkan terkena sinar matahari. Setelah 5 hari tumbuh jadi renik atau plankton, sehingga air akan berwarna kehijau-hijauan.
b. Bak penetasan diisi dengan air payau yang berkadar garam 1-3 ppm. Kemudian memasukan induk udang galah yang telah mengandung telur dan berwarna keabu-abuan. Selama penetasan, pompa dipasang terus menerus dalam waktu 1-2 hari telur akan menetas.
c. Setelah menetas induk udang galah dipindahkan ke kolam, dan larva udang galah dipindahkan kedalam bak pemeliharaan larva yang berisi air payau dengan kadar garam (salinitas) 5ppm. Pemindahan ini dilakukan paling lambat 4 hari setelah menetas. Selang 2-3 hari kadar garamnya ditingkatkan secara berturut-turut menjadi 1,8,9,10,12 sampai maksimal 15 ppm.
d. Pada hari ke-7 air algae dimasukan kedalam bak pemeliharaan dengan perbandingan 3:1 sampai 4:1. Artinya 3 atau 4 liter air algae dimasukan kedalam 1 liter air payau.
e. Dalam metode (BBUG) ini, pakan yang diberikan adalah hancuran daging ikan. Ikan yang masih segar, telur ikan tawes dan nauplius artemia yang diberikan 2-3 hari setelah penetasan. Disamping pakan tersebut, perlu juga diberikan pakan lainnya yang terbuat dari bahan-bahan sebagai berikut:
 Tepung terigu : 250 gram
 Ragi : 1 sendok teh
 Tepung susu (full cream) : 25 gram
 Telur itik : 1 butir
 Vitamin A dan D : 25 butir kapsul
 Vitamin C : 20 butir
 Vitamin B komplek : 25 butir
 Bahan-bahan tersebut ditambah dengan ½ gelas (100cc) air tawar bersih, kemudiandibuat adonan, dikukus dan dikeringkan.pakan buatan ini diberikan setiap hari dengan selang waktu 2-3 jam.sebelum diberikan pakan ini harus direndam dulu dalam air.
f. sisa-sisa makanan dibersihkan tiap hari dengan menshipon, kemudian untuk mencegah terbaeanya larva sewaktu pembersihan, siphoning harus dilaksanakan secra hati-hati.
g. Selanjutnya lakukan penggantian air dalam bak pemeliharaan larva paling sedikit seminggu sekali dengan kondisi air yang sama, sampai larva mencapai tahap stadia akhir (juvenille) ( Departemen Pertanian,1979).
Dari kedua metode tersebut terlihat peranan kandungan kadar garam (salinitas) terutama untuk menyediakan air payau sebagai media bagi tumbuhnya larva udang galah sangat penting.


Sumber : http://devilegiet.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates